Menyambut Dies Natalis Universitas Gadjah Mada ke 66, Pada hari Sabtu 5 Desember 2015 bertempat di Grha Saba Permana lantai 1 DEK bersama-sama dengan panitia penyelenggara Dies Natalis menggadakan dialog interaktif bersifat kebangsaan yang berjudul “Revolusi Mental Memajukan Ekonomi Rakyat”. Dialog ini sedianya menghadirkan ibu Puan Maharani selaku menko PMK dan Ary Ginanjar Agustian selaku founder ESQ. Namun, karena ibu Puan Maharani berhalangan hadir sehingga diwakilkan oleh Bapak Prof. Agus Sartono.,MBA selaku Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan Agama, Kementrian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Dialog dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaaan Indonesia Raya secara bersama-sama. Setelah itu diikuti dengan kesenian Gendang Beleq yang merupakan kesenian asli suku Sasak Lombok Nusa Tenggara Barat. Gendang Beleq ini memiliki nilai filosofis keindahan, ketekunan, kesabaran, kebijakan, ketelitian, dan kepahlawanan. Masih dalam suasana yang bersemangat, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Prof Suratman mewakili ibu Rektor Prof. Ir. Dwikorita Karnawati didaulat menyampaikan kata sambutan. Dalam sambutannya, Prof Suratman menyampaikan harapannya bahwa UGM dapat menjadi embrio bagi pemimpin-pemimpin bangsa yang berkarakter dan berintegritas sesuai dengan tujuan dari gerakan Revolusi Mental itu sendiri.
Memasuki acara initi, Prof.Supratman juga didaulat untuk menabuh gong yang menandakan bahwa acara inti siap dimulai. Prof. Agus Sartono., MBA menyampaikan dalam keynote speech nya bahwa Revolusi mental merupakan never endings process, karena generasi bangsa Indonesia selalu silih berganti, sehingga karakter bangsa sangat penting. Karakter merupakan network of habbits and moral strength dengan cara pembiasaan. Contoh karakter: Filosofi antri antara lain manajemen waktu, toleran dan teamwork. Dalam revolusi mental bangsa, diperlukan orang-orang yang bukan hanya tahu apa yang baik tetapi adanya kemampuan untuk terus melakukan kebaikan. Perhatikan pikiranmu (hati) karena itu akan menentukan ucapanmu, dan apa yang diucapkan akan mempengaruhi perilakumu, apa yang diucapkan mempengaruhi tindakan, dan tindakan yang dilakukan berulang-ulang adalah karakter, sehingga dalam pembentukan karakter perlu diperhatikan ucapan, perilaku dan tindakan.
Sesudah keynote speech dari Bapak Agus Sartono, acara dialog kebangsaan dilanjutkan oleh Bapak Ary Agustian Ginandjar yang menyampaikan materi tentang pentingnya revolusi mental sebagai pondasi dalam membangun bangsa. Pondasi dari sebuah bangsa adalah nilai/values, sesuatu yang berharga. Revolusi mental yang dilaksanakan, harus dimulai dari nilai-nilai dasar/core values, sebelum masuk/naik ke nilai-nilai yang lain. Dalam konteks negara Indonesia, nilai-nilai dasar adalah Pancasila. Pancasila sebagai dasar karakter bangsa, dimana tiangnya ada 3, yaitu Integritas, Etos Kerja dan Gotong royong. Pancasila sebagai akar atau pondasi, sedangkan nilai-nilai Integritas, Etos Kerja dan Gotong royong merupakan tiga pilar/tiang menuju terwujudnya trisakti, yaitu berkepribadian moral, mandiri ekonomi dan berdaulat secara politik. Begitu pentingnya pancasila sebagai pondasi/akar pembentukan karakter bangsa, pengajaran tentang pancasila selama ini hanya pada level ilmu pemikiran/otak, belum pada level internalisasi atau penanaman nilai di dalam hati.
Dalam membangun bangsa pergunakan total power. Total power tidak hanya berbicara tentang intelektual, karena apabila hanya pada tataran intelektual power makan isi dari pemikiran kita hanyalah profit dan insentif. Kita harus berbicara tentang Emotional Inteligent. Selain itu kita juga harus menggunakan Spiritual Inteligent dalam kebangkitan Indonesia. Kebangkitan Indonesia ada di tangan para pemuda, dengan keyakinan dan total power (II, EI dan SQ) maka kejayaan Indonesia di beberapa puluh tahun ke depan bukan kemustahilan. Tanamkan akar (pancasila) di dalam dada/jiwa, bangun nilai integritas, kerja keras, kerjasama/gotong royong. Evolusioner dengan menggabungkan tiga nilai, nilai integritas ditarik dengan nilai, dikunci dengan sistem. Tanamkan nilai, Tegakkan sistem dan bangun keteladanan, apabila itu ditanamkan maka semua individu akan menjadi pribadi yang evolusioner. Suatu bangsa akan mengalami kejayaan ketika hati menjadi panglima, bangsa akan mengalami masa keemasan apabila akal pikiran hati disatukan, tetapi suatu bangsa akan hancur ketika akal pikiran nafsu menjadi panglima.