Seminar yang diselenggarakan pada hari Jumat 7 Agustus 2015 ini menghadirkan Manajer Credit Union Cindelaras Tumongkar, bapak Sudarwanto sebagai pembicara. Pada pelaksanaanya, seminar ini berhasil menghadirkan audience pelaku usaha UMKM di Kulonprogo yang berjumlah kurang lebih 30 orang, para Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), mahasiswa dan akademisi.
Acara dimulai pukul 14.00 WIB di lantai 1 ruang Audio Visual FEB UGM. Sebelum seminar dibuka, para hadirin diminta berdiri sejenak untuk menyanyikanlagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Seminar dibuka dengan kata sambutan dari Dewan Pembina DEK FEB UGM Prof. Gunawan Sumodiningrat. Prof Gunawan memaparkan bahwa Dashboard Ekonomi Kerakyatan (DEK) memiliki tujuan untuk memajukan ekonomi rakyat. Ekonomi kerakyatan sendiri di Indonesia belum berjalan dengan baik karena konsep dan cara tidak berjalan dengan sinkron. Oleh karena itu, konsep yang dibuat perlu direalisasi dengan pendekatan yang pas untuk rakyat. Lewat Bapak Sudarwanto, DEK menemukan cara yang pas untuk merealisasikan konsep ekonomi kerakyatan. Setelah itu, dilanjutkan dengan kata sambutan dari bapak Eko Suwardi selaku Wakil Dekan Bidang Perencanaan dan Sistem Informasi FEB UGM yang dalam seminar ini bertindak sebagai moderator. Bapak Eko Suwardi menyampaikan bahwa Fakultas Ekonomika dan Bisnis sangat bangga bisa menampung kegiatan pembinaan ekonomi kerakyatan seperti ini. Hal ini sesuai dengan visi FEB untuk bisa menjulang di kancah global tetapi tetap mengakar dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Acara seminar inti dimulai, Bapak Sudarwanto selaku pemateri menyampaikan bahwa hal yang diutamakan dalam credit union Cindelaras Tumangkar adalah saling tolong menolong, yaitu dengan mengumpulkan banyak orang dan mencoba bekerja keras untuk mencapai kesejahteraan bersama. Pemateri kemudian menyampaiakan, mengapa credit union harus ada. Awal mula kesadaran memulai credit union bukanlah dengan uang, tetapi dengan apa yang masyarakat punya, seperti kegotong-royongan, kemauan bekerja keras, dan semangat untuk menjadi lebih baik. Dengan demikian, modal utama untuk keluar dari kemiskinan bukanlah dengan uang. Dari diskusi kritis yang dilakukan, pemateri menyampaikan bahwa modal utama untuk keluar dari kemiskinan adalah jaringan atau relasi dengan orang lain.
Kebersamaan menjadi kunci untuk keluar dari kemiskinan. Dengan semangat kebersamaan akan tercipta jejaring untuk bisa saling bahu-membahu dalam menyelesaikan masalah. Model-model diskusi bersama aktif dilakukan untuk mencari tahu atau menemukan permasalahan-permasalahan yang dialami orang miskin. Kemudian, Credit Union Cindelaras Tumangkar juga mencoba membuat sistem untuk bisa keluar dari permasalahan keuangan yang sering dihadapi masyarakat. Salah satunya mekanisme angsuran atau cicilan sepeda motor yang banyak merugikan masyarakat. Dealer-dealer kebanyakan menggunakan sistem angsuran tetap, sementara dalam sistem credit union angsuran dengan menggunakan model angsuran menurun. Keunggulannya, selain pembayaran total yang lebih murah dari umumnya dealer, model angsuran CU sekaligus menjadi simpanan dalam lembaga yang bisa bermanfaat untuk seluruh anggota.
Selain itu, credit union juga membuat simpanan yang dikelola sendiri dengan sistem bank. Dalam sistem ini feedback yang diberikan lebih baik dari bank dan tidak ada potongan untuk si penabung sehingga uang tidak hanya habis dalam simpanan saja seperti di bank. Simpanan ini juga mengakomodasi simpanan pension, untuk menolong petani-petani tua yang ingin memiliki simpanan di hari tuanya.
Konsep “dari, oleh, dan untuk’ anggota bukan hanya teori karena kami benar-benar melaksanakannya. Kunci keberhasilan adalah pada komitmen untuk saling melayani menuju pada peningkatan kualitas hidup. Itu hal yang paling kami tekankan, tujuan kami adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anggota, bukan untuk mengejar keuntungan. Kemudian pemateri memberikan simulasi-simulasi keuangan, salah satunya adalah mekanisme kredit sapi. Anggota tidak perlu takut simpanannya dibawa kabur karena anggota bisa menabung sekaligus meminjam uang dengan jumlah uang yang sama.
CU Cindelaras Tumangkar membuat budaya yang dibangun dalam CU seperti paguyuban yang menempatkan kantor bukan seperti aset, tetapi juga sebagai sarana untuk berkegiatan anggota. Pemateri menyampaikan bahwa CU Cindelaras Tumangkar tidak membangun hubungannya dengan anggota secara transaksional, melainkan menggunakan ketulusan dengan anggotanya.