[:IN]
Dashboard Ekonomika Keakyatan kembali menyelanggarakan Program Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Program Pemberdayaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat (P2KSM) di Kabupaten Purworejo tepatnya di Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Kabupaten Purworejo. Training ini merupakan training gelombang ke II dari pelaksanaan yang dilakukan sebelumnya di bulan April 2015. Pelatihan dibuka oleh kata sambutan dari Kepala P2KSM Sumaryo Yudhanto. Intinya belaiu berharap para sarjana pendamping mampu menyerap dan mengaplikasikan ilmu yang didapat dari training ini. Setelah sambutan singkat dari Bapak Sumaryo, Prof Gunawan Sumodiningrat menyampaikan pentingnya sinergi antara antara teori dan kenyataan. Pemateri juga menyampaikan bahwa pembangunan yang benar adalah pembangunan yang memberdayakan masyarakat.
Training gelombang ke II resmi dibuka dengan pemateri bapak Daru Murcoyo selaku pakar Achievement Motivation Training (AMT), Pemateri menyampaikan materi pengenalan diri sendiri. Pada mulanya para peserta pelatihan diajak untuk mengidentifikasi elemen-elemen untuk mengenali diri sendiri. Tahu jati diri: Tahu mau ke mana, tahu tujuannya apa?Selanjutnya, pemateri memberikan kuesioner untuk menganalisis kepribadian peserta melalui kusioner inventarisasi reaksi sosial. Hasil yang menunjukkan need power tinggi mencerminkan keinginan pribadi yang kuat atau cenderung egois. Range penilaian need power diukur dari angka 0-9. Range 0-3 menunjukkan ego yang rendah, 3-6 menunjukkan ego yang sedang, 6-9 menunjukkan ego yang tinggi. Dari hasil nilai kuisioner tersebut, pemateri menekankan pentingnya pengendalian diri bagi para peserta sehingga mampu memunculkan kekuatan yang dimiliki.Setelah membahas, ada peserta yang bertanya mengenai akurasi hasil angka yang muncul terhadap realitas. Pemateri menjelaskan bahwa ini adalah hasil Psikologi yang digunakan sebagai pendekatan kecenderungan sifat seseorang.Kemudian, pemateri memberikan kuisioner tambahan. Kali ini kuisioner bermuatan mengenai analisis kadar kebutuhan. Lalu, pemateri menjelaskan basic needs menurut Abraham Maslow, yaitu mengenai tingkat kebutuhan. Dalam segitiga ini, basic needs terdiri dari fisiologis/dasar, keamanan, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.“Jangan melihat dari mana mereka berasal, tapi lihat apa yang mereka perbuat.”Pertanyaan dari peserta: Mempertanyakan mengenai modal yang paling mendasar orang menjadi sukses. Dalam slide dikatakan ada dua, yaitu tertekan dan dilecehkan orang lain.Pak Daru menjawab bahwa kepepet itu tergantung pribadi masing-masing. Kepepet bisa banyak maknanya. Biasanya orang-orang kerja keras tapi tidak bisa sukses karena kerjanya monoton dan tidak ada target.Pemateri menyampaikan bahasan mengenai penetapan tujuan. Syarat penetapan tujuan adalah realistis, spesifik, terukur, berbatas waktu, ada tantangan, risiko sedang, dan berarti bagi diri sendiri. Lalu, tujuan ditinjau dari segi kepemilikan.
Setelah rehat sejenak karena waktu Ishoma, pada pukul 13.05 WIB pelatihan dilanjutkan dengan sesi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pemateri menyampaikan materi dari bahasan sejarah awal pendampingan masyarakat. Dahulu pendampingan dimulai dari program IDT. IDT merupakan program untuk menggerakan masyarakat supaya sadar. Fokus utama pendampingan harusnya rakyat. Saat ini pendampingan mulai hilang, rakyat dilepas sendiri. Dulu ada pendamping sosial, pendamping ekonomi, dan pendamping politik. Pendamping sosial mengingatkan untuk gotong royong, pendamping ekonomi mendampingi para petani dan pelaku ekonomi, sementara pendamping politik medampingi dalam hal bertata negara yang tertib dan teratur. Zaman IDT ada pendamping saja masih meleset, apalagi sekarang rakyat dibiarkan sendiri. Konsep pendampingan adalah mengajak masyarakat supaya bisa mandiri, kemudian bisa bekerja dan memiliki pendapatan.
Setelah kurang lebih 30 menit menyampaikan materi, kali ini pelatihan dilanjutkan dengan pemateri bapak Prof. Tri Widodo dengan memberikan tambahan dari apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh Prof. Gunawan Sumodiningrat. Prof Tri Widodo menyampaikan bahwa angkah pertama adalah tahapan terberat dan menjadi kunci berjalannya langkah-langkah yang selanjutnya. Sukses adalah tanggungan dari keseluruhan risiko. Pemateri menceritakan pengalaman pribadinya bahwa dulu beliau gagap. Tetapi, kemudian pemateri bisa menemukan solusi untuk mengatasinya, yaitu lewat menyanyi yang menjadi kesenangannya. Dalam hal ini pemateri menekankan pentingnya mengatasi masalah dengan mencari celah kesenangan. Senang adalah setengah dari sukses. Pemateri menyampaikan bahwa pemberdayaan masyarakat fokusnya adalah apa, bagaimana, dan untuk siapa. Apa yang akan dilakukan? Bagaimana caranya? Lalu, untuk siapa kita melakukan? Supaya berhasil perlu dikerjakan bersama-sama secara kelompok. Dari formula tersebut perlu dipahami kerangka perekonomian (daerah), yaitu berkenaan arus permintaan dan penawaran yang ada.Pemateri juga menyampaikan bahasan Critical Minimum Effort (CME), yaitu berapa uang minimum yang diperlukan oleh masyarakat supaya bisa lepas dari garis kemiskinan. Uang hanya diberikan sekali, namun bisa melepaskan masyarakat dari kemiskinan secara kontinyu. Kemudian pemateri menyampaikan mengenai struktur perekonomian di Purworejo. Struktur perekonomian di Purworejo saat ini didominasi oleh pertanian sebesar 34,43%. Namun, sektor pertanian sendiri kekuatannya masih lemah.Kemampuan membayar lebih tinggi dipuncaki oleh sektor jasa, diikuti manufaktur, baru kemudian pertanian. Dari tinjauan spasial, pertanian semakin terpinggirkan dari pusat kota. Bila kemampuan membayar meningkat, maka sawah untuk pertanian akan memiliki hubungan negatif atau akan mengalami penurunan. Pemateri selanjutnya menyampaikan bahwa di Indonesia apresiasi terhadap pertanian sangatlah rendah. Ada tiga Negara di dunia yang menolak liberalisasi pertanian, yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Uni Eropa dan Amerika Serikat menolak karena besaran subsidi yang telah mereka berikan. Sementara, Jepang menolak karena pertanian atau agrikultur merupakan budaya untuk mereka. Indonesia sebagai Negara pertanian tidak menerapkan perlindungan yang masif untuk sektor pertanian. Tidak seperti Jepang. Sektor pertanian Indonesia dikesampingkan. Hal ini tidak lepas dari pengikisan budaya lokal. Pengikisan budaya lokal yang terjadi di Indonesia karena konsumerisme dan hasil komunikasi dari media. Terkait hal tersebut, bila agrikultur diliberalisasi, maka akan juga mematikan kultur pertanian di Indonesia.
Sesi training selanjutnya di isi oleh Bapak Doeddy Rusmara Donna yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM Berbasis Kearifan Lokal. Pemateri memulai penyampaian materi dengan memancing peserta untuk mengenali kearifan lokal yang ada di Purworejo. Kemudian, pemateri menyampaikan bahasan mengenai aspek-aspek dalam manajemen usaha. Aspekaspek tersebut meliputi aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek keuangan, aspek sosek dan lingkungan, aspek organisasi, serta aspek legal formal.Pemateri memberikan contoh analisis usaha. Contoh yang diberikan adalah analisis usaha jamur. Contoh jamur dipilih karena Purworejo memiliki fokus untuk mengembangkan agriculture. Penyampaian materi dari Bapak Doeddy ini merupakan penutup pada hari pertama Training Gelombang II.
Training dilanjutkan keesokan harinya pukul 08.50 WIB dengan pemateri Ibu Ekantini P.B yang menyampaikan materi “Membangun Disiplin Kredit”. Untuk membangun disiplin kredit, kejelasan aturan perlu diberikan sejak awal. Dengan kesepahaman itu, diharapkan risiko bisa berkurang. Lalu, diperhatikan pula screening untuk para pengguna: 5 C. Tahap selanjutnya adalah analisis kredit memadai. Dilihat dari formulir tentang pengguna. Kemudian, perlu diperhatikan kesesuaian produk dan kebutuhan anggota. Tahap akhir, dalah penegakan disiplin aturan di staf dan anggota. Prinsipnya analisis kredit harus jujur. Jangan tergoda pada pencapaian kredit. Selanjutnya pemateri menyampaikan mengenai penjaminan. Semakin tinggi nilai jaminan semakin meminimalkan risiko. Pada pemberian pinjaman kelompok, kemungkinan gagal bayar juga semakin rendah karena jika ada satu individu yang tidak membayar, maka kelompok yang menanggungnya. Pemateri dalam hal ini memaparkan pilihan-pilihan perbandingan pinjaman yang mungkin bisa diterapkan. Dari setiap alternatif memiliki keunggulan-keunggulan masing-masing. Bahasan selanjutnya mengenai kriteria lokasi program pada landing group, selain pemberian pinjaman, pendamping juga memberikan edukasi dan informasiinformasi terkini regional. Penyesuaian dengan kondisi alam sangat diperlukan untuk keberlanjutan pemberdayaan. Potensi-potensi ada pada sekitar masyarakat yang harus dilihat secara jeli.
Setalah break sejenak pukul 10.00 WIB, 20 menit kemudian training kemabali dibuka dengan sesi Manajemen Organisasi Kelompok dengan pemateri Wahyu Sutopo. Pemateri mengawali bahasan dengan sebuah permainan berjudul color game. Permainan ini mengajarkan bahwa banyak hal yang perlu kita jajaki lebih lanjut. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Lalu, pemateri memberikan materi tentang attitude. Attitude atau karakter dibutuhkan oleh setiap orang jika ingin hidupnya bisa 100% atau optimal. Selanjutnya pemateri memberikan materi reengenering visi dan misi. Dalam materi ini pemateri membahas mengenai ancaman-ancaman lembaga keuangan, ancaman tersebut di antaranya adalah likuiditas, moral hazard yang mengakibatkan fraud, dan konflik internal. Kemudian pembahasan selanjutnya mengenai pengembangan individu dan organisasi. Materi ini membahas mengenai pengembangan diri seseorang dan organisasi, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cara-cara untuk mengatasi keengganan berubah adalah dengan:
- Komunikasi
- Pendidikan dan pelatihan
- Partisipasi
- Fasilitasi dan dukungan
- Rekayasa lingkungan
Dalam pembahasan selanjutnya pemateri mengaitkan bahasan sebelumnya dengan bahasan urgensi visi. Visi sangatlah penting sebagai fondasi langkah. Untuk mencapai tujuan, orang harus punya visi. Karakteristik visi adalah SMART (specific, measurable, achievable, realistic, and time). “Orang miskin adalah orang yang tidak bisa mendayagunakan potensi yang dimiliki.”Pemateri kemudian menyampaikan proses melembagakan visi. Proses tersebut adalah:
- Menetapkan makna urgensi
- Membentuk koalisi pengarah
- Mengembangkan visi dan strategi
- Mengkomunikasikan visi perubahan
- Memberdayakan banyak orang untuk melakukan tindakan
- Menghasilkan keuntungan jangka pendek
- Mengkonsolidasikan pencapaian-pencapaian dan menghasilkan lebih banyak
pperubahan
- Mencanangkan pendekatan-pendekatan baru ke dalam kultur
Selepas Ishoma, training pun dilanjutkan kembali dengan pemateri Ibu Ekantini P.B. yang menyampaikan materi tentang Manajemen Keuangan UMKM dan Kelompok. Pemateri memulai materi dengan permainan tebak gambar. Permainan tersebutbernama permainan zoom. Materi ini menunjukkan jika kita melihat dari sudut pandang yang lebih jauh, maka lebih banyak yang bisa kita lihat. Dalam hal ini pemateri menekankan pada peserta bagaimana melihat binaan sebagai mitra.Selanjutnya pemateri menjelaskan aspek pemasaran. Terkait pemasaran, penting untuk menyadari bagaimana bisa membuat bakwan jagung biasa menjadi luar biasa. Pendamping harus bisa membuat binaan mengembangkan produknya menjadi sesuatu yang berbeda.Lalu, terkait aspek keuangan, penting untuk dipikirkan bagaimana binaan bisa bertahan dan berkembang. Aspek keuangan yang penting untuk UKM, yaitu darimana sumber dana dan penggunaan modal. UKM yang berkembang pesat adalah UKM yang keluar dari mindset keumuman, yaitu mereka yang selalu berinovasi. Setelah modal, aspek keuangan yang penting adalah sistem pengelolaan keuangan dan administrasinya (pembukuan usaha).
Tak terasa Training Gelombang II memasuki sesi terakhir dengan Bapak Wahyu Sutopo yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM. Pemateri mengawali materi dengan kembali menyuguhkan color game. Dalam permainan kali ini pemateri menekankan kepada para peserta bahwa kita harus cermat dalam melihat sesuatu. Jangan mudah terkecoh oleh tampilan yang dilihat oleh mata.Selanjutnya pemateri menyampaikan materi sales magic trik negosiasi. Dengan materi ini diharapkan para peserta nantinya dapat menyampaikan pengetahuan yang mereka dapat dari pelatihan ini kepada masyarakat secara utuh.Dalam bahasan materi disampaikan pula learning process atau proses belajar, pemateri menyampaikan pada peserta untuk mengenali diri, mengenali lembaga, mengenali lingkungan, dan mengenali musuh. Lalu dalam negosiasi mula-mula perlu membangun kepercayaan. Dengan kepercayaan, reputasi akan terbentuk. Kemudian, setelah reputasi terbentuk, maka bangunlah keakraban/kemiripin untuk menunjukkan kesamaan. Training Gelombang II pun resmi ditutup dan diakhiri dengan sesi foto bersama.
[:id]
Dashboard Ekonomika Keakyatan kembali menyelanggarakan Program Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Program Pemberdayaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat (P2KSM) di Kabupaten Purworejo tepatnya di Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Kabupaten Purworejo. Training ini merupakan training gelombang ke II dari pelaksanaan yang dilakukan sebelumnya di bulan April 2015. Pelatihan dibuka oleh kata sambutan dari Kepala P2KSM Sumaryo Yudhanto. Intinya belaiu berharap para sarjana pendamping mampu menyerap dan mengaplikasikan ilmu yang didapat dari training ini. Setelah sambutan singkat dari Bapak Sumaryo, Prof Gunawan Sumodiningrat menyampaikan pentingnya sinergi antara antara teori dan kenyataan. Pemateri juga menyampaikan bahwa pembangunan yang benar adalah pembangunan yang memberdayakan masyarakat.
Training gelombang ke II resmi dibuka dengan pemateri bapak Daru Murcoyo selaku pakar Achievement Motivation Training (AMT), Pemateri menyampaikan materi pengenalan diri sendiri. Pada mulanya para peserta pelatihan diajak untuk mengidentifikasi elemen-elemen untuk mengenali diri sendiri. Tahu jati diri: Tahu mau ke mana, tahu tujuannya apa?Selanjutnya, pemateri memberikan kuesioner untuk menganalisis kepribadian peserta melalui kusioner inventarisasi reaksi sosial. Hasil yang menunjukkan need power tinggi mencerminkan keinginan pribadi yang kuat atau cenderung egois. Range penilaian need power diukur dari angka 0-9. Range 0-3 menunjukkan ego yang rendah, 3-6 menunjukkan ego yang sedang, 6-9 menunjukkan ego yang tinggi. Dari hasil nilai kuisioner tersebut, pemateri menekankan pentingnya pengendalian diri bagi para peserta sehingga mampu memunculkan kekuatan yang dimiliki.Setelah membahas, ada peserta yang bertanya mengenai akurasi hasil angka yang muncul terhadap realitas. Pemateri menjelaskan bahwa ini adalah hasil Psikologi yang digunakan sebagai pendekatan kecenderungan sifat seseorang.Kemudian, pemateri memberikan kuisioner tambahan. Kali ini kuisioner bermuatan mengenai analisis kadar kebutuhan. Lalu, pemateri menjelaskan basic needs menurut Abraham Maslow, yaitu mengenai tingkat kebutuhan. Dalam segitiga ini, basic needs terdiri dari fisiologis/dasar, keamanan, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.“Jangan melihat dari mana mereka berasal, tapi lihat apa yang mereka perbuat.”Pertanyaan dari peserta: Mempertanyakan mengenai modal yang paling mendasar orang menjadi sukses. Dalam slide dikatakan ada dua, yaitu tertekan dan dilecehkan orang lain.Pak Daru menjawab bahwa kepepet itu tergantung pribadi masing-masing. Kepepet bisa banyak maknanya. Biasanya orang-orang kerja keras tapi tidak bisa sukses karena kerjanya monoton dan tidak ada target.Pemateri menyampaikan bahasan mengenai penetapan tujuan. Syarat penetapan tujuan adalah realistis, spesifik, terukur, berbatas waktu, ada tantangan, risiko sedang, dan berarti bagi diri sendiri. Lalu, tujuan ditinjau dari segi kepemilikan.
Setelah rehat sejenak karena waktu Ishoma, pada pukul 13.05 WIB pelatihan dilanjutkan dengan sesi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pemateri menyampaikan materi dari bahasan sejarah awal pendampingan masyarakat. Dahulu pendampingan dimulai dari program IDT. IDT merupakan program untuk menggerakan masyarakat supaya sadar. Fokus utama pendampingan harusnya rakyat. Saat ini pendampingan mulai hilang, rakyat dilepas sendiri. Dulu ada pendamping sosial, pendamping ekonomi, dan pendamping politik. Pendamping sosial mengingatkan untuk gotong royong, pendamping ekonomi mendampingi para petani dan pelaku ekonomi, sementara pendamping politik medampingi dalam hal bertata negara yang tertib dan teratur. Zaman IDT ada pendamping saja masih meleset, apalagi sekarang rakyat dibiarkan sendiri. Konsep pendampingan adalah mengajak masyarakat supaya bisa mandiri, kemudian bisa bekerja dan memiliki pendapatan.
Setelah kurang lebih 30 menit menyampaikan materi, kali ini pelatihan dilanjutkan dengan pemateri bapak Prof. Tri Widodo dengan memberikan tambahan dari apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh Prof. Gunawan Sumodiningrat. Prof Tri Widodo menyampaikan bahwa angkah pertama adalah tahapan terberat dan menjadi kunci berjalannya langkah-langkah yang selanjutnya. Sukses adalah tanggungan dari keseluruhan risiko. Pemateri menceritakan pengalaman pribadinya bahwa dulu beliau gagap. Tetapi, kemudian pemateri bisa menemukan solusi untuk mengatasinya, yaitu lewat menyanyi yang menjadi kesenangannya. Dalam hal ini pemateri menekankan pentingnya mengatasi masalah dengan mencari celah kesenangan. Senang adalah setengah dari sukses. Pemateri menyampaikan bahwa pemberdayaan masyarakat fokusnya adalah apa, bagaimana, dan untuk siapa. Apa yang akan dilakukan? Bagaimana caranya? Lalu, untuk siapa kita melakukan? Supaya berhasil perlu dikerjakan bersama-sama secara kelompok. Dari formula tersebut perlu dipahami kerangka perekonomian (daerah), yaitu berkenaan arus permintaan dan penawaran yang ada.Pemateri juga menyampaikan bahasan Critical Minimum Effort (CME), yaitu berapa uang minimum yang diperlukan oleh masyarakat supaya bisa lepas dari garis kemiskinan. Uang hanya diberikan sekali, namun bisa melepaskan masyarakat dari kemiskinan secara kontinyu. Kemudian pemateri menyampaikan mengenai struktur perekonomian di Purworejo. Struktur perekonomian di Purworejo saat ini didominasi oleh pertanian sebesar 34,43%. Namun, sektor pertanian sendiri kekuatannya masih lemah.Kemampuan membayar lebih tinggi dipuncaki oleh sektor jasa, diikuti manufaktur, baru kemudian pertanian. Dari tinjauan spasial, pertanian semakin terpinggirkan dari pusat kota. Bila kemampuan membayar meningkat, maka sawah untuk pertanian akan memiliki hubungan negatif atau akan mengalami penurunan. Pemateri selanjutnya menyampaikan bahwa di Indonesia apresiasi terhadap pertanian sangatlah rendah. Ada tiga Negara di dunia yang menolak liberalisasi pertanian, yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Uni Eropa dan Amerika Serikat menolak karena besaran subsidi yang telah mereka berikan. Sementara, Jepang menolak karena pertanian atau agrikultur merupakan budaya untuk mereka. Indonesia sebagai Negara pertanian tidak menerapkan perlindungan yang masif untuk sektor pertanian. Tidak seperti Jepang. Sektor pertanian Indonesia dikesampingkan. Hal ini tidak lepas dari pengikisan budaya lokal. Pengikisan budaya lokal yang terjadi di Indonesia karena konsumerisme dan hasil komunikasi dari media. Terkait hal tersebut, bila agrikultur diliberalisasi, maka akan juga mematikan kultur pertanian di Indonesia.
Sesi training selanjutnya di isi oleh Bapak Doeddy Rusmara Donna yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM Berbasis Kearifan Lokal. Pemateri memulai penyampaian materi dengan memancing peserta untuk mengenali kearifan lokal yang ada di Purworejo. Kemudian, pemateri menyampaikan bahasan mengenai aspek-aspek dalam manajemen usaha. Aspekaspek tersebut meliputi aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek keuangan, aspek sosek dan lingkungan, aspek organisasi, serta aspek legal formal.Pemateri memberikan contoh analisis usaha. Contoh yang diberikan adalah analisis usaha jamur. Contoh jamur dipilih karena Purworejo memiliki fokus untuk mengembangkan agriculture. Penyampaian materi dari Bapak Doeddy ini merupakan penutup pada hari pertama Training Gelombang II.
Training dilanjutkan keesokan harinya pukul 08.50 WIB dengan pemateri Ibu Ekantini P.B yang menyampaikan materi “Membangun Disiplin Kredit”. Untuk membangun disiplin kredit, kejelasan aturan perlu diberikan sejak awal. Dengan kesepahaman itu, diharapkan risiko bisa berkurang. Lalu, diperhatikan pula screening untuk para pengguna: 5 C. Tahap selanjutnya adalah analisis kredit memadai. Dilihat dari formulir tentang pengguna. Kemudian, perlu diperhatikan kesesuaian produk dan kebutuhan anggota. Tahap akhir, dalah penegakan disiplin aturan di staf dan anggota. Prinsipnya analisis kredit harus jujur. Jangan tergoda pada pencapaian kredit. Selanjutnya pemateri menyampaikan mengenai penjaminan. Semakin tinggi nilai jaminan semakin meminimalkan risiko. Pada pemberian pinjaman kelompok, kemungkinan gagal bayar juga semakin rendah karena jika ada satu individu yang tidak membayar, maka kelompok yang menanggungnya. Pemateri dalam hal ini memaparkan pilihan-pilihan perbandingan pinjaman yang mungkin bisa diterapkan. Dari setiap alternatif memiliki keunggulan-keunggulan masing-masing. Bahasan selanjutnya mengenai kriteria lokasi program pada landing group, selain pemberian pinjaman, pendamping juga memberikan edukasi dan informasiinformasi terkini regional. Penyesuaian dengan kondisi alam sangat diperlukan untuk keberlanjutan pemberdayaan. Potensi-potensi ada pada sekitar masyarakat yang harus dilihat secara jeli.
Setalah break sejenak pukul 10.00 WIB, 20 menit kemudian training kemabali dibuka dengan sesi Manajemen Organisasi Kelompok dengan pemateri Wahyu Sutopo. Pemateri mengawali bahasan dengan sebuah permainan berjudul color game. Permainan ini mengajarkan bahwa banyak hal yang perlu kita jajaki lebih lanjut. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Lalu, pemateri memberikan materi tentang attitude. Attitude atau karakter dibutuhkan oleh setiap orang jika ingin hidupnya bisa 100% atau optimal. Selanjutnya pemateri memberikan materi reengenering visi dan misi. Dalam materi ini pemateri membahas mengenai ancaman-ancaman lembaga keuangan, ancaman tersebut di antaranya adalah likuiditas, moral hazard yang mengakibatkan fraud, dan konflik internal. Kemudian pembahasan selanjutnya mengenai pengembangan individu dan organisasi. Materi ini membahas mengenai pengembangan diri seseorang dan organisasi, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cara-cara untuk mengatasi keengganan berubah adalah dengan:
- Komunikasi
- Pendidikan dan pelatihan
- Partisipasi
- Fasilitasi dan dukungan
- Rekayasa lingkungan
Dalam pembahasan selanjutnya pemateri mengaitkan bahasan sebelumnya dengan bahasan urgensi visi. Visi sangatlah penting sebagai fondasi langkah. Untuk mencapai tujuan, orang harus punya visi. Karakteristik visi adalah SMART (specific, measurable, achievable, realistic, and time). “Orang miskin adalah orang yang tidak bisa mendayagunakan potensi yang dimiliki.”Pemateri kemudian menyampaikan proses melembagakan visi. Proses tersebut adalah:
- Menetapkan makna urgensi
- Membentuk koalisi pengarah
- Mengembangkan visi dan strategi
- Mengkomunikasikan visi perubahan
- Memberdayakan banyak orang untuk melakukan tindakan
- Menghasilkan keuntungan jangka pendek
- Mengkonsolidasikan pencapaian-pencapaian dan menghasilkan lebih banyak
pperubahan
- Mencanangkan pendekatan-pendekatan baru ke dalam kultur
Selepas Ishoma, training pun dilanjutkan kembali dengan pemateri Ibu Ekantini P.B. yang menyampaikan materi tentang Manajemen Keuangan UMKM dan Kelompok. Pemateri memulai materi dengan permainan tebak gambar. Permainan tersebutbernama permainan zoom. Materi ini menunjukkan jika kita melihat dari sudut pandang yang lebih jauh, maka lebih banyak yang bisa kita lihat. Dalam hal ini pemateri menekankan pada peserta bagaimana melihat binaan sebagai mitra.Selanjutnya pemateri menjelaskan aspek pemasaran. Terkait pemasaran, penting untuk menyadari bagaimana bisa membuat bakwan jagung biasa menjadi luar biasa. Pendamping harus bisa membuat binaan mengembangkan produknya menjadi sesuatu yang berbeda.Lalu, terkait aspek keuangan, penting untuk dipikirkan bagaimana binaan bisa bertahan dan berkembang. Aspek keuangan yang penting untuk UKM, yaitu darimana sumber dana dan penggunaan modal. UKM yang berkembang pesat adalah UKM yang keluar dari mindset keumuman, yaitu mereka yang selalu berinovasi. Setelah modal, aspek keuangan yang penting adalah sistem pengelolaan keuangan dan administrasinya (pembukuan usaha).
Tak terasa Training Gelombang II memasuki sesi terakhir dengan Bapak Wahyu Sutopo yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM. Pemateri mengawali materi dengan kembali menyuguhkan color game. Dalam permainan kali ini pemateri menekankan kepada para peserta bahwa kita harus cermat dalam melihat sesuatu. Jangan mudah terkecoh oleh tampilan yang dilihat oleh mata.Selanjutnya pemateri menyampaikan materi sales magic trik negosiasi. Dengan materi ini diharapkan para peserta nantinya dapat menyampaikan pengetahuan yang mereka dapat dari pelatihan ini kepada masyarakat secara utuh.Dalam bahasan materi disampaikan pula learning process atau proses belajar, pemateri menyampaikan pada peserta untuk mengenali diri, mengenali lembaga, mengenali lingkungan, dan mengenali musuh. Lalu dalam negosiasi mula-mula perlu membangun kepercayaan. Dengan kepercayaan, reputasi akan terbentuk. Kemudian, setelah reputasi terbentuk, maka bangunlah keakraban/kemiripin untuk menunjukkan kesamaan. Training Gelombang II pun resmi ditutup dan diakhiri dengan sesi foto bersama.
[:]