[:IN]
Jelang tutup tahun 2015, DEK kembali menmantapkan dan memperkuat konsep Gerakan revolusi Moral Satu Desa Satu Koperasi yang dilaksanakan di ruang Kartanegara Lantai 2 FEB UGM. Pemantapan ini menandai komitmen para stakeholder baik dari kalangan akademisi, pengusaha,pendamping, pemerintah dan media untuk bahu membahu melaksanakan Gerakan Revolusi Moral memajukan perekonomian rakyat berkeadilan dan berkelanjutan dalam wadah satu desa satu koperasi.
Acara diawali dengan sambutan dari ketua Dewan pengurus DEK FEB UGM, Prof.Gunawan Sumodiningrat yang mengungkapkan bahwa gerakan ini adalah tindaklanjut dari Dialog Kebangsaan Dies Natalis ke 66 Universitas Gadjah Mada yang dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2015 Kemarin. Kegiatan tersebut searah dengan tujuan dan visi dan misi DEK FEB UGM, kemudian didukung oleh prof. Agus sartono sebagai Deputi Menko PMK, selain itu kerjasama juga dilakukan oleh pusat studi Pancasila, lalu ESQ sebagai motivator untuk menjalankan konsep revolusi moral. UGM sebagai universitas Pancasila telah sesuai dengan konsep ESQ untuk menggerakan revolusi moral. Merubah konsep tentang revolusi mental, kata kunci untuk menggerakan semangat masyarakat indonesia adalah dengan melkukan gotong royong. Untuk melandasi semangat tersebut maka akan dibuat suatu gerakan yaitu satu desa satu koperasi. Untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut perlu adanya dukungan dari DEKOPIN dan OJK. Intinya adalah untuk mewujudkan aliansi starategis, yaitu menyatukan akademis, wirausaha dan pemerintah. DEK telah dirumuskan menjadi gerakan nasional untuk memajukan ekonomi rakyat. Dari jogjakarta untuk indoensia dan untuk memajukan ekonomi rakyat.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemotongan penyerahan tumpeng secara simbolis dari Prof. Gunawan Sumodiningrat kepada Dekan FEB UGM Prof. Wihana . Dalam ambutanya beliau mengucapkan terima kasih kepada para penggiat ekonomi kerakyatan. Karakter dari ekonomi indonesia itu apa sebagai trend center atau follow senter. Sesuai dengan konsep dari DEK FEB ugm yang digagasi oleh prof gunawan. Tantangannya adalah belum adanya kurikulum ekonomi kerakyatan. Sehingga ekonomi kerakyatan dapat menjadi pondasi ekonomi indonesia. Gerakan untuk membangun ekonomi kerakyatan ini harus dikawal terus hingga menjadi landasan bagi mahasisawa dan para pemerintahan. Maka dari itu perlu ada pendampingan untuk membentuk kurikulum kerakyatan.
Dalam acara pemantapan ini para perwakilan stakeholder bergantian menyampaikan apresiasi, atensi dan juga ekspektasi agar niat mulia dari Gerkan Revolusi Moral Satu Desa Satu Koperasi dapat berjalan lancar. Dimulai dari Prof Ali Agus selaku Dekan dari fakultas Peternakan UGM dan Ketua Panitia Dies Ntalis 66 UGM, menyampaikan bahwa sesuai dengan paradigma pendidikan maka perlu adanya penanaman konsep tentang ekonomi kerakyatan. Apabila kita melihat kondisi masyarakat kita adalah banyaknya penduduk yang berada di pedesaan dan bermata pencharian pertanian dan peternakan. Maka dari itu perlu adanya pengetahuan dan pengembangan tentang ilmu peternakan. Salah satu aspek yang mempengaruhi warga desa adalah keberadaan koperasi, khususnya koperasi peternakan. Yaitu dengan membangun peternakan intergrated farming, yaitu menghubungkan antara peternak dengan para pembeli peternak. Harapanya untuk hari adalah untuk membangun koperasi ( gotong royong) dan tetap menanamkan rasa kebersasmaan dengan berbagai pihak. Semangat berjuang gotong royong.
Perwakilan dari pemerintah dalam hal ini, Prof Agus Sartono selaku Deputi dari Menko PMK menyatakan bahwa momentum Gerakan Revolusi Moral Satu Desa Satu Kopersi sangat pas dengan pencaitan Dana Bantuan Desa, Kemenko PMK siap memfasilitasi agar Dana Bnatuan Desa dapat dipergunakan untuk pendirian koperasi.
Bapak Agung Sudjatmoko selaku Ketua Harian Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN), mengatakan bahwa alasan filosofis koperasi sebagai pilar negara adalah karena eka sila yaitu gotong royong. Alasan landasan yuridis. Arah dari BUMdes itu salah karena sifatnya profit. Untuk itu perlu adanya pembangunan ekonomi rakyat , membangun desa koperasi adalah membangun gotong-royong yang ada di desa tersebut. Selain itu untuk menghadapi MEA maka perlu adanya gotong-royong yg kuat yang disertai konsolidasi konsep koperasi yang jelas.
Perwakilan dari Institusi Keuangan dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan yang diwakili oleh Bapak Fauzi Nugroho yang menyatakan bahwa Baru ada 13% yang menggunakan lembaga keuangan. Maka dari itu perlu ada tanggung jawab untuk memberikan pengetahuan tentang keuangan. Harapanya dapat mengurangi keberadaan bank pelecit yang ada di pasar-pasar tradisional. Seiring dengan berjalannya waktu zaman kita sekarang sudah berada di comfort zone. Harapanya bukan hanya lembaga berbentuk koperasi akan tetapi lebih pendalaman jiwa tentang gotong royong itu perlu ditingkatkan.
Acara ditutup dengan penandatanganan Piagam Gerakan Revolusi Moral Satu Desa Satu Koperasi oleh para tamu undangan.
[:]