• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Pusat Kajian Ekonomi Rakyat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang PKER
    •  Visi Misi
    •  Pengurus
    •  Sejarah
    • Video Profil DEK FEB UGM
  • Berita dan Peristiwa
  • Publikasi
  • Data dan Penelitian
  • Hubungi Kami
  • Beranda
  • Berita dan Peristiwa
  • Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Masyarakat Aula BLUD UPT P2KSM Gelombang II Mei 2015

Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Masyarakat Aula BLUD UPT P2KSM Gelombang II Mei 2015

  • Berita dan Peristiwa
  • 8 May 2015, 21.08
  • Oleh:
  • 0

[:IN]

training II

Dashboard Ekonomika Keakyatan kembali menyelanggarakan Program Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Program Pemberdayaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat (P2KSM) di Kabupaten Purworejo tepatnya di Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Kabupaten Purworejo. Training ini merupakan training gelombang ke II dari pelaksanaan yang dilakukan sebelumnya di bulan April 2015. Pelatihan dibuka oleh kata sambutan dari Kepala P2KSM Sumaryo Yudhanto. Intinya belaiu berharap para sarjana pendamping mampu menyerap dan mengaplikasikan ilmu yang  didapat dari training ini. Setelah sambutan singkat dari Bapak Sumaryo, Prof Gunawan Sumodiningrat menyampaikan pentingnya sinergi antara antara  teori  dan  kenyataan. Pemateri  juga menyampaikan  bahwa  pembangunan  yang  benar  adalah  pembangunan  yang memberdayakan  masyarakat.

Training gelombang ke II resmi dibuka dengan pemateri bapak Daru Murcoyo selaku pakar Achievement Motivation Training (AMT), Pemateri  menyampaikan  materi  pengenalan  diri  sendiri.  Pada  mulanya  para peserta  pelatihan  diajak  untuk  mengidentifikasi  elemen-elemen  untuk  mengenali diri sendiri. Tahu jati diri: Tahu mau ke mana, tahu tujuannya apa?Selanjutnya,  pemateri  memberikan  kuesioner  untuk  menganalisis  kepribadian peserta melalui kusioner inventarisasi  reaksi sosial. Hasil yang menunjukkan need power  tinggi  mencerminkan  keinginan  pribadi  yang  kuat  atau  cenderung  egois. Range  penilaian  need  power  diukur  dari  angka  0-9.  Range  0-3  menunjukkan  ego yang  rendah,  3-6  menunjukkan  ego  yang  sedang,  6-9  menunjukkan  ego  yang tinggi.  Dari  hasil  nilai  kuisioner  tersebut,  pemateri  menekankan  pentingnya pengendalian diri bagi para peserta sehingga mampu memunculkan kekuatan yang dimiliki.Setelah membahas, ada peserta yang bertanya mengenai akurasi hasil angka yang muncul  terhadap  realitas.  Pemateri  menjelaskan  bahwa  ini  adalah  hasil  Psikologi yang digunakan sebagai pendekatan kecenderungan sifat seseorang.Kemudian, pemateri memberikan kuisioner tambahan. Kali ini kuisioner bermuatan mengenai  analisis  kadar  kebutuhan.  Lalu,  pemateri  menjelaskan  basic  needs menurut Abraham Maslow, yaitu mengenai tingkat kebutuhan. Dalam segitiga ini, basic needs  terdiri dari  fisiologis/dasar, keamanan, kasih  sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.“Jangan melihat dari mana mereka berasal, tapi lihat apa yang mereka perbuat.”Pertanyaan dari peserta: Mempertanyakan  mengenai modal yang paling mendasar orang  menjadi  sukses.  Dalam  slide  dikatakan  ada  dua,  yaitu  tertekan  dan dilecehkan orang lain.Pak Daru menjawab bahwa kepepet itu tergantung pribadi masing-masing. Kepepet bisa  banyak  maknanya.  Biasanya  orang-orang  kerja  keras  tapi  tidak  bisa  sukses karena kerjanya monoton dan tidak ada target.Pemateri  menyampaikan  bahasan  mengenai  penetapan  tujuan.  Syarat  penetapan tujuan  adalah  realistis,  spesifik,  terukur,  berbatas  waktu,  ada  tantangan,  risiko sedang,  dan  berarti  bagi  diri  sendiri.  Lalu,  tujuan  ditinjau  dari  segi  kepemilikan.

Setelah rehat sejenak karena waktu Ishoma, pada pukul 13.05 WIB pelatihan dilanjutkan dengan sesi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pemateri  menyampaikan  materi  dari  bahasan  sejarah  awal  pendampingan masyarakat.  Dahulu  pendampingan  dimulai  dari  program  IDT.  IDT  merupakan program  untuk  menggerakan  masyarakat  supaya  sadar.  Fokus  utama pendampingan harusnya rakyat. Saat ini pendampingan mulai hilang, rakyat dilepas sendiri.  Dulu  ada  pendamping  sosial,  pendamping  ekonomi,  dan  pendamping politik.  Pendamping  sosial  mengingatkan  untuk  gotong  royong,  pendamping ekonomi  mendampingi  para  petani  dan  pelaku  ekonomi,  sementara  pendamping politik medampingi dalam hal bertata negara yang tertib dan teratur. Zaman IDT ada pendamping saja masih meleset, apalagi sekarang rakyat dibiarkan sendiri. Konsep  pendampingan  adalah  mengajak  masyarakat  supaya bisa  mandiri, kemudian bisa bekerja dan memiliki pendapatan.

Setelah kurang lebih 30 menit menyampaikan materi, kali ini pelatihan dilanjutkan dengan pemateri bapak Prof. Tri Widodo dengan memberikan tambahan dari apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh   Prof. Gunawan Sumodiningrat. Prof Tri Widodo menyampaikan bahwa angkah  pertama adalah  tahapan  terberat  dan  menjadi  kunci  berjalannya  langkah-langkah  yang selanjutnya.  Sukses  adalah  tanggungan  dari  keseluruhan  risiko. Pemateri menceritakan pengalaman pribadinya bahwa dulu beliau gagap. Tetapi, kemudian pemateri bisa menemukan solusi untuk mengatasinya, yaitu lewat menyanyi yang menjadi  kesenangannya.  Dalam  hal  ini  pemateri  menekankan  pentingnya mengatasi  masalah  dengan  mencari  celah  kesenangan.  Senang  adalah  setengah dari sukses. Pemateri  menyampaikan  bahwa  pemberdayaan  masyarakat  fokusnya  adalah  apa, bagaimana, dan untuk siapa.  Apa yang akan dilakukan? Bagaimana caranya? Lalu, untuk siapa kita melakukan? Supaya berhasil perlu dikerjakan bersama-sama secara kelompok. Dari formula tersebut perlu dipahami  kerangka perekonomian (daerah), yaitu berkenaan arus permintaan dan penawaran yang ada.Pemateri juga menyampaikan bahasan Critical Minimum Effort (CME), yaitu berapa uang  minimum  yang  diperlukan  oleh  masyarakat  supaya  bisa  lepas  dari  garis kemiskinan. Uang hanya diberikan sekali, namun bisa melepaskan masyarakat dari kemiskinan secara kontinyu. Kemudian  pemateri  menyampaikan  mengenai  struktur  perekonomian  di Purworejo. Struktur perekonomian di Purworejo saat ini didominasi oleh pertanian sebesar  34,43%.  Namun,  sektor  pertanian  sendiri  kekuatannya  masih  lemah.Kemampuan membayar lebih tinggi dipuncaki oleh sektor jasa, diikuti manufaktur, baru  kemudian  pertanian.  Dari  tinjauan  spasial,  pertanian  semakin  terpinggirkan dari  pusat  kota.  Bila  kemampuan  membayar  meningkat,  maka  sawah  untuk pertanian akan memiliki hubungan negatif atau akan mengalami penurunan. Pemateri  selanjutnya  menyampaikan  bahwa  di  Indonesia  apresiasi  terhadap pertanian  sangatlah  rendah.  Ada  tiga  Negara  di  dunia  yang  menolak  liberalisasi pertanian,  yaitu  Uni  Eropa,  Amerika  Serikat,  dan  Jepang.  Uni  Eropa  dan  Amerika Serikat  menolak  karena  besaran  subsidi  yang  telah  mereka  berikan.  Sementara, Jepang  menolak  karena  pertanian  atau  agrikultur  merupakan  budaya  untuk mereka.  Indonesia sebagai Negara pertanian tidak menerapkan perlindungan yang masif  untuk  sektor  pertanian.  Tidak  seperti  Jepang.  Sektor  pertanian  Indonesia dikesampingkan. Hal ini tidak lepas dari pengikisan budaya lokal. Pengikisan budaya lokal  yang  terjadi  di  Indonesia  karena  konsumerisme  dan  hasil  komunikasi  dari media. Terkait hal tersebut, bila agrikultur diliberalisasi, maka akan juga mematikan kultur pertanian di Indonesia.

Sesi training selanjutnya di isi oleh Bapak Doeddy Rusmara Donna yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM Berbasis Kearifan Lokal. Pemateri  memulai  penyampaian  materi  dengan  memancing  peserta  untuk mengenali  kearifan  lokal  yang  ada  di  Purworejo.  Kemudian,  pemateri menyampaikan  bahasan  mengenai  aspek-aspek  dalam  manajemen  usaha.  Aspekaspek tersebut meliputi aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek keuangan, aspek sosek dan lingkungan, aspek organisasi, serta aspek legal formal.Pemateri memberikan contoh analisis usaha. Contoh yang diberikan adalah analisis usaha  jamur.  Contoh  jamur  dipilih  karena  Purworejo  memiliki  fokus  untuk mengembangkan agriculture. Penyampaian materi dari Bapak Doeddy ini merupakan penutup pada hari pertama Training Gelombang II.

Training dilanjutkan keesokan harinya pukul 08.50 WIB dengan pemateri Ibu Ekantini P.B yang menyampaikan materi “Membangun Disiplin Kredit”. Untuk  membangun  disiplin  kredit,  kejelasan  aturan  perlu  diberikan  sejak  awal. Dengan kesepahaman itu, diharapkan risiko bisa berkurang. Lalu, diperhatikan pula screening  untuk  para  pengguna:  5  C.  Tahap  selanjutnya  adalah  analisis  kredit memadai.  Dilihat  dari  formulir  tentang  pengguna.  Kemudian,  perlu  diperhatikan kesesuaian produk dan kebutuhan anggota. Tahap akhir, dalah penegakan disiplin aturan di staf dan anggota. Prinsipnya  analisis  kredit  harus  jujur.  Jangan  tergoda  pada  pencapaian  kredit. Selanjutnya  pemateri  menyampaikan  mengenai  penjaminan.  Semakin  tinggi  nilai jaminan  semakin  meminimalkan  risiko.  Pada  pemberian  pinjaman  kelompok, kemungkinan gagal bayar juga semakin rendah karena jika ada satu individu yang tidak  membayar,  maka  kelompok  yang  menanggungnya.  Pemateri  dalam  hal  ini memaparkan pilihan-pilihan perbandingan pinjaman yang mungkin bisa diterapkan. Dari setiap alternatif memiliki keunggulan-keunggulan masing-masing. Bahasan  selanjutnya  mengenai  kriteria  lokasi  program  pada  landing  group,  selain pemberian  pinjaman,  pendamping  juga  memberikan  edukasi  dan  informasiinformasi  terkini  regional.  Penyesuaian  dengan  kondisi  alam  sangat  diperlukan untuk  keberlanjutan  pemberdayaan. Potensi-potensi ada pada  sekitar masyarakat yang harus dilihat secara jeli.

Setalah break sejenak pukul 10.00 WIB, 20 menit kemudian training kemabali dibuka  dengan sesi  Manajemen Organisasi Kelompok dengan pemateri Wahyu Sutopo.  Pemateri  mengawali  bahasan  dengan  sebuah  permainan  berjudul  color  game. Permainan  ini  mengajarkan  bahwa  banyak  hal  yang  perlu  kita  jajaki  lebih  lanjut. Jangan  terburu-buru  mengambil  kesimpulan  terlebih  dahulu.  Lalu,  pemateri memberikan materi tentang attitude. Attitude atau karakter dibutuhkan oleh setiap orang jika ingin hidupnya bisa 100% atau optimal. Selanjutnya pemateri memberikan materi  reengenering visi dan misi. Dalam materi ini pemateri membahas mengenai ancaman-ancaman lembaga keuangan, ancaman tersebut  di  antaranya  adalah  likuiditas,  moral  hazard  yang  mengakibatkan  fraud, dan konflik internal. Kemudian  pembahasan selanjutnya  mengenai pengembangan individu  dan  organisasi.  Materi  ini  membahas  mengenai  pengembangan  diri seseorang  dan  organisasi,  serta  faktor-faktor  yang  mempengaruhinya.  Cara-cara untuk mengatasi keengganan berubah adalah dengan:

  1. Komunikasi
  2. Pendidikan dan pelatihan
  3. Partisipasi
  4. Fasilitasi dan dukungan
  5. Rekayasa lingkungan

Dalam pembahasan selanjutnya pemateri mengaitkan bahasan sebelumnya dengan bahasan  urgensi  visi.  Visi  sangatlah  penting  sebagai  fondasi  langkah.  Untuk mencapai tujuan, orang harus punya visi.  Karakteristik visi adalah SMART (specific, measurable, achievable, realistic, and time). “Orang  miskin  adalah  orang  yang  tidak  bisa  mendayagunakan  potensi  yang dimiliki.”Pemateri  kemudian  menyampaikan  proses  melembagakan  visi.  Proses tersebut adalah:

  1. Menetapkan makna urgensi
  2. Membentuk koalisi pengarah
  3. Mengembangkan visi dan strategi
  4. Mengkomunikasikan visi perubahan
  5. Memberdayakan banyak orang untuk melakukan tindakan
  6. Menghasilkan keuntungan jangka pendek
  7. Mengkonsolidasikan pencapaian-pencapaian dan menghasilkan lebih banyak

pperubahan

  1. Mencanangkan pendekatan-pendekatan baru ke dalam kultur

Selepas Ishoma, training pun dilanjutkan kembali dengan pemateri Ibu Ekantini P.B. yang menyampaikan materi tentang Manajemen Keuangan UMKM dan Kelompok. Pemateri  memulai  materi  dengan  permainan  tebak  gambar.  Permainan  tersebutbernama  permainan  zoom.  Materi  ini  menunjukkan  jika  kita  melihat  dari  sudut pandang  yang  lebih  jauh,  maka  lebih  banyak  yang  bisa  kita  lihat.  Dalam  hal  ini pemateri menekankan pada peserta bagaimana melihat binaan sebagai mitra.Selanjutnya  pemateri  menjelaskan  aspek  pemasaran.  Terkait  pemasaran,  penting untuk  menyadari  bagaimana  bisa  membuat  bakwan  jagung  biasa  menjadi  luar biasa.  Pendamping  harus  bisa  membuat  binaan  mengembangkan  produknya menjadi sesuatu yang berbeda.Lalu,  terkait  aspek  keuangan,  penting  untuk  dipikirkan  bagaimana  binaan  bisa bertahan  dan  berkembang.  Aspek  keuangan  yang  penting  untuk  UKM,  yaitu darimana  sumber  dana  dan  penggunaan  modal.  UKM  yang  berkembang  pesat adalah  UKM  yang  keluar  dari  mindset  keumuman,  yaitu  mereka  yang  selalu berinovasi. Setelah modal, aspek keuangan yang penting adalah sistem pengelolaan keuangan  dan  administrasinya  (pembukuan  usaha).

Tak terasa Training Gelombang II memasuki sesi terakhir dengan Bapak Wahyu Sutopo yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM. Pemateri  mengawali  materi  dengan  kembali  menyuguhkan  color  game.  Dalam permainan  kali  ini  pemateri  menekankan  kepada  para  peserta  bahwa  kita  harus cermat dalam melihat sesuatu. Jangan mudah terkecoh oleh tampilan yang dilihat oleh mata.Selanjutnya  pemateri  menyampaikan  materi  sales  magic  trik  negosiasi.  Dengan materi  ini  diharapkan  para  peserta  nantinya  dapat  menyampaikan pengetahuan yang mereka dapat dari pelatihan ini kepada masyarakat secara utuh.Dalam bahasan  materi  disampaikan  pula  learning  process  atau  proses  belajar, pemateri menyampaikan  pada  peserta  untuk  mengenali  diri,  mengenali  lembaga, mengenali lingkungan,  dan  mengenali  musuh.  Lalu  dalam  negosiasi  mula-mula perlu  membangun  kepercayaan.  Dengan  kepercayaan,  reputasi  akan  terbentuk. Kemudian, setelah reputasi terbentuk, maka bangunlah keakraban/kemiripin untuk menunjukkan  kesamaan. Training Gelombang II pun resmi ditutup dan diakhiri dengan sesi foto bersama.

 

 

 

 [:id]

training II

Dashboard Ekonomika Keakyatan kembali menyelanggarakan Program Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Program Pemberdayaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat (P2KSM) di Kabupaten Purworejo tepatnya di Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Kabupaten Purworejo. Training ini merupakan training gelombang ke II dari pelaksanaan yang dilakukan sebelumnya di bulan April 2015. Pelatihan dibuka oleh kata sambutan dari Kepala P2KSM Sumaryo Yudhanto. Intinya belaiu berharap para sarjana pendamping mampu menyerap dan mengaplikasikan ilmu yang  didapat dari training ini. Setelah sambutan singkat dari Bapak Sumaryo, Prof Gunawan Sumodiningrat menyampaikan pentingnya sinergi antara antara  teori  dan  kenyataan. Pemateri  juga menyampaikan  bahwa  pembangunan  yang  benar  adalah  pembangunan  yang memberdayakan  masyarakat.

Training gelombang ke II resmi dibuka dengan pemateri bapak Daru Murcoyo selaku pakar Achievement Motivation Training (AMT), Pemateri  menyampaikan  materi  pengenalan  diri  sendiri.  Pada  mulanya  para peserta  pelatihan  diajak  untuk  mengidentifikasi  elemen-elemen  untuk  mengenali diri sendiri. Tahu jati diri: Tahu mau ke mana, tahu tujuannya apa?Selanjutnya,  pemateri  memberikan  kuesioner  untuk  menganalisis  kepribadian peserta melalui kusioner inventarisasi  reaksi sosial. Hasil yang menunjukkan need power  tinggi  mencerminkan  keinginan  pribadi  yang  kuat  atau  cenderung  egois. Range  penilaian  need  power  diukur  dari  angka  0-9.  Range  0-3  menunjukkan  ego yang  rendah,  3-6  menunjukkan  ego  yang  sedang,  6-9  menunjukkan  ego  yang tinggi.  Dari  hasil  nilai  kuisioner  tersebut,  pemateri  menekankan  pentingnya pengendalian diri bagi para peserta sehingga mampu memunculkan kekuatan yang dimiliki.Setelah membahas, ada peserta yang bertanya mengenai akurasi hasil angka yang muncul  terhadap  realitas.  Pemateri  menjelaskan  bahwa  ini  adalah  hasil  Psikologi yang digunakan sebagai pendekatan kecenderungan sifat seseorang.Kemudian, pemateri memberikan kuisioner tambahan. Kali ini kuisioner bermuatan mengenai  analisis  kadar  kebutuhan.  Lalu,  pemateri  menjelaskan  basic  needs menurut Abraham Maslow, yaitu mengenai tingkat kebutuhan. Dalam segitiga ini, basic needs  terdiri dari  fisiologis/dasar, keamanan, kasih  sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.“Jangan melihat dari mana mereka berasal, tapi lihat apa yang mereka perbuat.”Pertanyaan dari peserta: Mempertanyakan  mengenai modal yang paling mendasar orang  menjadi  sukses.  Dalam  slide  dikatakan  ada  dua,  yaitu  tertekan  dan dilecehkan orang lain.Pak Daru menjawab bahwa kepepet itu tergantung pribadi masing-masing. Kepepet bisa  banyak  maknanya.  Biasanya  orang-orang  kerja  keras  tapi  tidak  bisa  sukses karena kerjanya monoton dan tidak ada target.Pemateri  menyampaikan  bahasan  mengenai  penetapan  tujuan.  Syarat  penetapan tujuan  adalah  realistis,  spesifik,  terukur,  berbatas  waktu,  ada  tantangan,  risiko sedang,  dan  berarti  bagi  diri  sendiri.  Lalu,  tujuan  ditinjau  dari  segi  kepemilikan.

Setelah rehat sejenak karena waktu Ishoma, pada pukul 13.05 WIB pelatihan dilanjutkan dengan sesi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pemateri  menyampaikan  materi  dari  bahasan  sejarah  awal  pendampingan masyarakat.  Dahulu  pendampingan  dimulai  dari  program  IDT.  IDT  merupakan program  untuk  menggerakan  masyarakat  supaya  sadar.  Fokus  utama pendampingan harusnya rakyat. Saat ini pendampingan mulai hilang, rakyat dilepas sendiri.  Dulu  ada  pendamping  sosial,  pendamping  ekonomi,  dan  pendamping politik.  Pendamping  sosial  mengingatkan  untuk  gotong  royong,  pendamping ekonomi  mendampingi  para  petani  dan  pelaku  ekonomi,  sementara  pendamping politik medampingi dalam hal bertata negara yang tertib dan teratur. Zaman IDT ada pendamping saja masih meleset, apalagi sekarang rakyat dibiarkan sendiri. Konsep  pendampingan  adalah  mengajak  masyarakat  supaya bisa  mandiri, kemudian bisa bekerja dan memiliki pendapatan.

Setelah kurang lebih 30 menit menyampaikan materi, kali ini pelatihan dilanjutkan dengan pemateri bapak Prof. Tri Widodo dengan memberikan tambahan dari apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh   Prof. Gunawan Sumodiningrat. Prof Tri Widodo menyampaikan bahwa angkah  pertama adalah  tahapan  terberat  dan  menjadi  kunci  berjalannya  langkah-langkah  yang selanjutnya.  Sukses  adalah  tanggungan  dari  keseluruhan  risiko. Pemateri menceritakan pengalaman pribadinya bahwa dulu beliau gagap. Tetapi, kemudian pemateri bisa menemukan solusi untuk mengatasinya, yaitu lewat menyanyi yang menjadi  kesenangannya.  Dalam  hal  ini  pemateri  menekankan  pentingnya mengatasi  masalah  dengan  mencari  celah  kesenangan.  Senang  adalah  setengah dari sukses. Pemateri  menyampaikan  bahwa  pemberdayaan  masyarakat  fokusnya  adalah  apa, bagaimana, dan untuk siapa.  Apa yang akan dilakukan? Bagaimana caranya? Lalu, untuk siapa kita melakukan? Supaya berhasil perlu dikerjakan bersama-sama secara kelompok. Dari formula tersebut perlu dipahami  kerangka perekonomian (daerah), yaitu berkenaan arus permintaan dan penawaran yang ada.Pemateri juga menyampaikan bahasan Critical Minimum Effort (CME), yaitu berapa uang  minimum  yang  diperlukan  oleh  masyarakat  supaya  bisa  lepas  dari  garis kemiskinan. Uang hanya diberikan sekali, namun bisa melepaskan masyarakat dari kemiskinan secara kontinyu. Kemudian  pemateri  menyampaikan  mengenai  struktur  perekonomian  di Purworejo. Struktur perekonomian di Purworejo saat ini didominasi oleh pertanian sebesar  34,43%.  Namun,  sektor  pertanian  sendiri  kekuatannya  masih  lemah.Kemampuan membayar lebih tinggi dipuncaki oleh sektor jasa, diikuti manufaktur, baru  kemudian  pertanian.  Dari  tinjauan  spasial,  pertanian  semakin  terpinggirkan dari  pusat  kota.  Bila  kemampuan  membayar  meningkat,  maka  sawah  untuk pertanian akan memiliki hubungan negatif atau akan mengalami penurunan. Pemateri  selanjutnya  menyampaikan  bahwa  di  Indonesia  apresiasi  terhadap pertanian  sangatlah  rendah.  Ada  tiga  Negara  di  dunia  yang  menolak  liberalisasi pertanian,  yaitu  Uni  Eropa,  Amerika  Serikat,  dan  Jepang.  Uni  Eropa  dan  Amerika Serikat  menolak  karena  besaran  subsidi  yang  telah  mereka  berikan.  Sementara, Jepang  menolak  karena  pertanian  atau  agrikultur  merupakan  budaya  untuk mereka.  Indonesia sebagai Negara pertanian tidak menerapkan perlindungan yang masif  untuk  sektor  pertanian.  Tidak  seperti  Jepang.  Sektor  pertanian  Indonesia dikesampingkan. Hal ini tidak lepas dari pengikisan budaya lokal. Pengikisan budaya lokal  yang  terjadi  di  Indonesia  karena  konsumerisme  dan  hasil  komunikasi  dari media. Terkait hal tersebut, bila agrikultur diliberalisasi, maka akan juga mematikan kultur pertanian di Indonesia.

Sesi training selanjutnya di isi oleh Bapak Doeddy Rusmara Donna yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM Berbasis Kearifan Lokal. Pemateri  memulai  penyampaian  materi  dengan  memancing  peserta  untuk mengenali  kearifan  lokal  yang  ada  di  Purworejo.  Kemudian,  pemateri menyampaikan  bahasan  mengenai  aspek-aspek  dalam  manajemen  usaha.  Aspekaspek tersebut meliputi aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek keuangan, aspek sosek dan lingkungan, aspek organisasi, serta aspek legal formal.Pemateri memberikan contoh analisis usaha. Contoh yang diberikan adalah analisis usaha  jamur.  Contoh  jamur  dipilih  karena  Purworejo  memiliki  fokus  untuk mengembangkan agriculture. Penyampaian materi dari Bapak Doeddy ini merupakan penutup pada hari pertama Training Gelombang II.

Training dilanjutkan keesokan harinya pukul 08.50 WIB dengan pemateri Ibu Ekantini P.B yang menyampaikan materi “Membangun Disiplin Kredit”. Untuk  membangun  disiplin  kredit,  kejelasan  aturan  perlu  diberikan  sejak  awal. Dengan kesepahaman itu, diharapkan risiko bisa berkurang. Lalu, diperhatikan pula screening  untuk  para  pengguna:  5  C.  Tahap  selanjutnya  adalah  analisis  kredit memadai.  Dilihat  dari  formulir  tentang  pengguna.  Kemudian,  perlu  diperhatikan kesesuaian produk dan kebutuhan anggota. Tahap akhir, dalah penegakan disiplin aturan di staf dan anggota. Prinsipnya  analisis  kredit  harus  jujur.  Jangan  tergoda  pada  pencapaian  kredit. Selanjutnya  pemateri  menyampaikan  mengenai  penjaminan.  Semakin  tinggi  nilai jaminan  semakin  meminimalkan  risiko.  Pada  pemberian  pinjaman  kelompok, kemungkinan gagal bayar juga semakin rendah karena jika ada satu individu yang tidak  membayar,  maka  kelompok  yang  menanggungnya.  Pemateri  dalam  hal  ini memaparkan pilihan-pilihan perbandingan pinjaman yang mungkin bisa diterapkan. Dari setiap alternatif memiliki keunggulan-keunggulan masing-masing. Bahasan  selanjutnya  mengenai  kriteria  lokasi  program  pada  landing  group,  selain pemberian  pinjaman,  pendamping  juga  memberikan  edukasi  dan  informasiinformasi  terkini  regional.  Penyesuaian  dengan  kondisi  alam  sangat  diperlukan untuk  keberlanjutan  pemberdayaan. Potensi-potensi ada pada  sekitar masyarakat yang harus dilihat secara jeli.

Setalah break sejenak pukul 10.00 WIB, 20 menit kemudian training kemabali dibuka  dengan sesi  Manajemen Organisasi Kelompok dengan pemateri Wahyu Sutopo.  Pemateri  mengawali  bahasan  dengan  sebuah  permainan  berjudul  color  game. Permainan  ini  mengajarkan  bahwa  banyak  hal  yang  perlu  kita  jajaki  lebih  lanjut. Jangan  terburu-buru  mengambil  kesimpulan  terlebih  dahulu.  Lalu,  pemateri memberikan materi tentang attitude. Attitude atau karakter dibutuhkan oleh setiap orang jika ingin hidupnya bisa 100% atau optimal. Selanjutnya pemateri memberikan materi  reengenering visi dan misi. Dalam materi ini pemateri membahas mengenai ancaman-ancaman lembaga keuangan, ancaman tersebut  di  antaranya  adalah  likuiditas,  moral  hazard  yang  mengakibatkan  fraud, dan konflik internal. Kemudian  pembahasan selanjutnya  mengenai pengembangan individu  dan  organisasi.  Materi  ini  membahas  mengenai  pengembangan  diri seseorang  dan  organisasi,  serta  faktor-faktor  yang  mempengaruhinya.  Cara-cara untuk mengatasi keengganan berubah adalah dengan:

  1. Komunikasi
  2. Pendidikan dan pelatihan
  3. Partisipasi
  4. Fasilitasi dan dukungan
  5. Rekayasa lingkungan

Dalam pembahasan selanjutnya pemateri mengaitkan bahasan sebelumnya dengan bahasan  urgensi  visi.  Visi  sangatlah  penting  sebagai  fondasi  langkah.  Untuk mencapai tujuan, orang harus punya visi.  Karakteristik visi adalah SMART (specific, measurable, achievable, realistic, and time). “Orang  miskin  adalah  orang  yang  tidak  bisa  mendayagunakan  potensi  yang dimiliki.”Pemateri  kemudian  menyampaikan  proses  melembagakan  visi.  Proses tersebut adalah:

  1. Menetapkan makna urgensi
  2. Membentuk koalisi pengarah
  3. Mengembangkan visi dan strategi
  4. Mengkomunikasikan visi perubahan
  5. Memberdayakan banyak orang untuk melakukan tindakan
  6. Menghasilkan keuntungan jangka pendek
  7. Mengkonsolidasikan pencapaian-pencapaian dan menghasilkan lebih banyak

pperubahan

  1. Mencanangkan pendekatan-pendekatan baru ke dalam kultur

Selepas Ishoma, training pun dilanjutkan kembali dengan pemateri Ibu Ekantini P.B. yang menyampaikan materi tentang Manajemen Keuangan UMKM dan Kelompok. Pemateri  memulai  materi  dengan  permainan  tebak  gambar.  Permainan  tersebutbernama  permainan  zoom.  Materi  ini  menunjukkan  jika  kita  melihat  dari  sudut pandang  yang  lebih  jauh,  maka  lebih  banyak  yang  bisa  kita  lihat.  Dalam  hal  ini pemateri menekankan pada peserta bagaimana melihat binaan sebagai mitra.Selanjutnya  pemateri  menjelaskan  aspek  pemasaran.  Terkait  pemasaran,  penting untuk  menyadari  bagaimana  bisa  membuat  bakwan  jagung  biasa  menjadi  luar biasa.  Pendamping  harus  bisa  membuat  binaan  mengembangkan  produknya menjadi sesuatu yang berbeda.Lalu,  terkait  aspek  keuangan,  penting  untuk  dipikirkan  bagaimana  binaan  bisa bertahan  dan  berkembang.  Aspek  keuangan  yang  penting  untuk  UKM,  yaitu darimana  sumber  dana  dan  penggunaan  modal.  UKM  yang  berkembang  pesat adalah  UKM  yang  keluar  dari  mindset  keumuman,  yaitu  mereka  yang  selalu berinovasi. Setelah modal, aspek keuangan yang penting adalah sistem pengelolaan keuangan  dan  administrasinya  (pembukuan  usaha).

Tak terasa Training Gelombang II memasuki sesi terakhir dengan Bapak Wahyu Sutopo yang menyampaikan materi tentang Model Pemberdayaan UMKM. Pemateri  mengawali  materi  dengan  kembali  menyuguhkan  color  game.  Dalam permainan  kali  ini  pemateri  menekankan  kepada  para  peserta  bahwa  kita  harus cermat dalam melihat sesuatu. Jangan mudah terkecoh oleh tampilan yang dilihat oleh mata.Selanjutnya  pemateri  menyampaikan  materi  sales  magic  trik  negosiasi.  Dengan materi  ini  diharapkan  para  peserta  nantinya  dapat  menyampaikan pengetahuan yang mereka dapat dari pelatihan ini kepada masyarakat secara utuh.Dalam bahasan  materi  disampaikan  pula  learning  process  atau  proses  belajar, pemateri menyampaikan  pada  peserta  untuk  mengenali  diri,  mengenali  lembaga, mengenali lingkungan,  dan  mengenali  musuh.  Lalu  dalam  negosiasi  mula-mula perlu  membangun  kepercayaan.  Dengan  kepercayaan,  reputasi  akan  terbentuk. Kemudian, setelah reputasi terbentuk, maka bangunlah keakraban/kemiripin untuk menunjukkan  kesamaan. Training Gelombang II pun resmi ditutup dan diakhiri dengan sesi foto bersama.

 

 

 

 [:]

Tags: Kabupaten Purworejo Pelatihan Tenaga Sarjana Pendamping Program Pemberdayaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyrakat
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Faculty of Economics and Business

Pertamina Tower 5th Floor, Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281 |
View Map

  +62 (274) 548510
 +62 (274) 563212

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju